BALITA ANDA

selamat datang di BABY LOVERs,InfOrMAsi menarik mengenai,BuAh hAtI BunDa,, KEHAMILAN BUNDA,,dAn BerBaGaI iNforMaSi mEnaRIklAin nYa........^_^

Arsip Blog

visitor

free counters

Sabtu, 26 Februari 2011

Bila Balita Anda Mulai Berbohong

Balita
Anda sebenarnya tidak perlu khawatir, karena berbohong sebenarnya adalah bagian dari tahap perkembangan batita. Di usia 2 atau 3 tahun, batita Anda masih belum bisa membedakan antara kenyataan dengan khayalan. Dia pun belum sepenuhnya memahami konsep berbohong karena dia belum mengerti bahwa kebenaran sebenarnya didasarkan pada kenyataan yang terjadi. Sebagai contoh, bila mainannya berserakan di lantai, bisa saja dia mengatakan bahwa dirinya tersandung dan menabrak rak mainan sehingga seluruh mainannya jatuh berantakan.Padahal pada kenyataannya, dia berusaha mengambil satu mainan saja, tapi tanpa sengaja menjatuhkan mainannya yang lain.
Pada tahap usia ini, imajinasi anak sedang berkembang. Menurut beberapa ahli, ketika seorang batita berharap bahwa sesuatu terjadi karena suatu hal, dia bisa memanipulasi kebenaran karena dia percaya bahwa yang dia katakan akan menjadi kenyataan. Misalnya, ketika dia merebut lalu menjatuhkan mainan dari tangan adiknya sehingga adiknya menangis, sebenarnya dia merasa bersalah. Tapi ketika ditanya, bisa saja dia menjawab bahwa si adiklah yang menjatuhkan mainan itu. Jawaban polos itu bisa meluncur mulus dari mulutnya karena dia berharap memang itulah yang terjadi. Dan dia percaya bahwa memang itulah yang seharusnya terjadi.
Penjelasan lain mengenai kebohongan batita adalah sindroma si anak baik (angelic syndrome). Menurut Dra. Endang Retno Wardhani, anak ‘terpaksa’ berbohong karena dia takut dimarahi. “Anak takut tidak bisa memenuhi standard yang diberikan orang tua. Ketika orang tuanya selalu memuji saat dia berbuat baik dan memarahi saat dia berbuat nakal, anak bisa berbohong demi menghindari hukuman, yaitu dimarahi orang tua,” begitu penjelasan psikolog anak yang membuka praktik di Klinik Akita, Bekasi.
Ada kalanya anak berbohong sebagai bentuk reaksi dalam merespons suara Anda. Misalnya, ketika Anda bertanya dengan nada tinggi dan menuduh, “Kamu ya, yang menjatuhkan gelas?” si kecil langsung bisa merasakan adanya nada tidak suka di suara Anda. “Dia tahu akan dimarahi jika menjawab jujur. Akhirnya, spontan dia menjawab, ‘Bukan aku kok.’ Istilahnya, daripada dimarahi, lebih baik bohong,’ kata Dra. Endang.
Meskipun kebohongan adalah bagian dari tahap perkembangan batita, tetap saja hal itu tidak bisa dianggap lalu. Bagaimanapun, Anda perlu mencegah agar berbohong tidak menjadi kebiasaan buruk di kemudian hari. Berikut adalah beberapa hal yang bisa lakukan saat menghadapi kebohongan batita Anda;
  • Jangan Beri Label Negatif. Ingatlah, anak Anda sebenarnya tidak berniat menipu Anda. Yang dia inginkan hanyalah satu hal sederhana, yakni tetap dikenal sebagai anak manis di depan Papa dan Mama. Menyebut dia pembohong tidak akan menyelesaikan masalah. Karena hal itu bisa membuatnya memilih untuk tidak berbagi perasaannya dengan Anda. Alih-alih naik darah, Anda bisa bertanya dengan nada suara yang netral.  Sebagai contoh, ketika anak Anda berkilah telah memakan kue cokelat yang ada di meja, padahal tepi mulutnya penuh dengan remah kue, Anda bisa mengajaknya bercermin lalu berkata dengan tenang, “Tuh, lihat mulut Adek, penuh remah kue. Sekarang Mama tanya sekali lagi, apa betul kamu tidak memakan kue cokelat yang ada di meja makan?”
  • Dorong Kebiasaan Jujur. Adalah lumrah jika Anda merasa kesal apabila batita Anda berbohong. Bagaimanapun, Anda tentu tidak ingin si kecil tumbuh menjadi anak yang terbiasa berbohong demi menutupi kesalahan yang dia buat. Tak perlu menggunakan hukuman atau ancaman demi menerapkan kebiasaan yang baik. Misalnya, ketika si kecil menyalahkan si Blecky atas pecahnya gelas di atas meja, Anda bisa mengatakan, “Mama tidak marah. Tapi kamu harus jujur kepada Mama, apa betul kamu yang menjatuhkan gelas? Sebab Mama tidak melihat ada orang lain di meja makan selain kamu.”
  • Beri penghargaan. Memupuk kebiasaan jujur juga bisa dilakukan dengan memberi penghargaan kepada si kecil yang bersedia mengakui kesalahannya. Puji keberaniannya, misalnya dengan mengatakan, “Mama bangga padamu. Toh Mama tidak marah. Tuh kan, tidak ada salahnya jujur.”
  • Belajar konsekuensi dari perbuatan. Lebih dari pujian, anak juga harus tetap belajar mengenai konsekuensi dari perbuatannya. Seandainya dia mengaku telah merebut mainan temannya, padahal awalnya dia bilang si teman lah yang memberi mainan tersebut, Anda bisa mengatakan, “Kalau begitu, ayo kita bersama-sama menemui temanmu. Dia pasti sedih karena kamu merebut mainannya. Jadi, kamu kembalikan mainan itu lalu minta maaf, oke?!” Dengan demikian, Anda tidak hanya mengajarkan anak untuk mengakui perbuatannya, tapi juga mengarahkannya kepada proses memperbaiki kesalahan yang dia perbuat. Suatu kecakapan yang jauh lebih lebih berguna daripada sekedar merespons interogasi Anda.
  • Turunkan Standard. Tidak jarang orang tua menerapkan standar yang tinggi kepada anak, termasuk soal bersikap manis setiap waktu. Sementara bukanlah tugas mudah bagi seorang anak yang baru berusia 2 atau 3 tahun untuk memenuhi standard perilaku yang ada di keluarga ataupun di masyarakat, karena dia sendiri pun belum cakap dalam sosialiasi. Maka, tak ada salahnya Anda bersikap lunak sedikit. Ciptakan lingkungan yang bersedia menoleransi kesalahan. Bagaimanapun, anak Anda perlu tahu bahwa dirinya akan tetap disayang orang tuanya sekalipun dirinya berbuat nakal.
Anda Juga Berbohong?
Bukanlah hal yang mengejutkan bila anak belajar dengan meniru perilaku orang-orang di lingkungan terdekatnya, dan dalam hal ini adalah orang tuanya. Jadi, bila batita Anda sering berbohong, tidak tertutup kemungkinan jika dia belajar dari Anda. Contoh kebohongan paling umum yang diucapkan orang tua adalah, “Disuntik itu tidak sakit. Seperti digigit semut,”  Mungkin hal ini terdengar sepele, tapi hasilnya belum tentu demikian. Bagi batita, disuntik adalah hal yang menakutkan dan memang menyakitkan. Atau, Anda kerap membohongi si kecil agar bersedia mematuhi perkataan Anda dengan memberinya iming-iming, misalnya dengan berkata, “Kalau kamu mau diam, Mama akan belikan kamu es krim.”  Ketika hal yang Anda ucapkan tidak sejalan dengan kenyataan, si kecil bisa merasa Anda mengkhianati kepercayaannya. Dan bukan tidak mungkin dia melakukan hal yang sama kepada Anda demi mendapatkan yang dia inginkan.
Bangun Rasa Percaya
Anda tentu tidak bisa mengharapkan anak Anda tumbuh menjadi sosok yang bisa dipercaya jika Anda sendiri kerap berbohong. Bagaimanapun, Anda juga perlu meyakinkan anak bahwa Anda bisa dipercaya. Sebagai contoh, ketika mengiming-imingi anak dengan sesuatu, misalnya dengan camilan atau mainan, tepatilah janji tersebut. Jika tidak bisa memenuhi, sebaiknya Anda tidak menggunakan sogokan agar anak bersedia mematuhi Anda. Selain itu, minta maaf lah ketika Anda berbuat salah atau mengecewakan perasaan si kecil. Dengan demikian, dia akan belajar bahwa dia tidak perlu takut mengakui kesalahan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar